.breadcrumbs{ margin-left:10px; padding: 5px 0; border-bottom: 1px dotted; line-height:1.4em; }

Ternyata Bakumpai adalah Dayak

Ternyata Bakumpai adalah Dayak. Sebenarnya, telah ada artikel sebelumnya yang membicarakan tentang Bakumpai adalah Dayak. Hal ini dapat dilihat kembali dalam artikel tentang Silsilah Orang Bakumpai. Namun karena artikel tentang ternyata bakumpai juga dayak, terlebih ditulis oleh Sekretaris Kerukunan Keluarga Bakumpai, yaitu Akhmad Supriadi, maka tidak salahnya artikel ini juga dipublikasikan. Tujuannya tidak lain adalah untuk mendukung artikel-artikel yang telah dipublikasikan atau beberapa artikel tersebut saling bersinergi untuk menyatakan bahwa orang bakumpai adalah juga orang dayak.

Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa Merujuk ke berbagai literatur dan cerita lisan orang Bakumpai sendiri, jelaslah Bakumpai termasuk suku Dayak. Tjilik Riwut dalam karyanya Maneser Panatau Tatu Hiang (2003:64-66) menulis bahwa suku Dayak terbagi dalam tujuh pembagian besar, yakni Dayak Ngaju, Dayak Apu Kayan, Dayak Iban dan Heban atau Dayak Laut, Dayak Klemantan atau Dayak Darat, Dayak Murut, Dayak Punan dan Dayak Ot Danum. Di antara tujuh besar tersebut yakni Dayak Ngaju, terbagi lagi dalam 4 suku besar, yakni Ngaju, Ma’anyan, Lawangan dan Dusun. Adapun Bakumpai termasuk bagian dari sub-Dayak Ngaju.

Bakumpai juga dimasukkan dalam bagian Dayak Ot Danum yang terdiri 68 suku kecil, bersama Bakumpai di antaranya ada Ngaju, Kapuas, Kahayan, Katingan, Sampit, Seruyan (Riwut, 2003:64-74). Kemungkinan besar menjadi alasannya Tjilik Riwut, memasukkan Bakumpai sebagai Dayak Ngaju dan Ot Danum karena melihat kesamaan arti keduanya. Ot Artinya Hulu; danum artinya air. Jadi Ot Daum artinya Hulu Air atau Hulu Sungai dengan sendirinya mereka tinggal di udik. Bi-aju artinya; Bi = dari; aju = udik jadi Bi-aju artinya dari Udik. Ngaju = Udik (Riwut, 2003:64-77). Mungkin Tjilik Riwut, secara tidak langsung ingin menampakkan teritorial Dayak Ot Danum berada di daerah sungai.

Menurut Nasrullah, pendapat lain tentang asal Bakumpai sebagaimana diungkap oleh salah seorang tokoh Bakumpai, Z.A. Maulani (almarhum). Mengutip pendapat Charles Hose antropolog dari Inggris, ZA Maulani menulis bahwa istilah Dayak merupakan nomenklatur kultural untuk sebuah etnik yang tinggal di pulau Kalimantan, meliputi sekitar 200 suku kemudian terbagi ke dalam 6 kelompok besar (Punan, Murut, Kahayan, Iban, Kenyah dan Klemantan) berdasarkan asal-usul, masa kedatangan ke Kalimantan dan ciri-ciri budaya mereka.

Lebih lanjut Maulani menuturkan bahwa berdasarkan pendapat Charlos Hose tersebut (2000:141) dimasukkannya Bakumpai sebagai salah satu sub etnik dari ras Kahayan, diduga berasal dari suatu desa yang menyandang nama Bakumpai di hulu sungai Barito. Mereka menyebar ke selatan mendiami sepanjang sungai Barito, berbelok ke sungai Kahayan dan sungai Mentaya Sampit sampai ke Tumbang Samba (Kasongan), Kalimantan Tengah.

Dalam persebaran itu etnik Bakumpai bertemu dengan suku Melayu dan mulai memeluk Islam pada awal tahun 1688 melalui penyebaran Islam dari Kesultanan Demak. Dari hulu sungai Barito orang-orang Bakumpai menyebar ke hulu sungai Mahakam di Long Putih mengalir ke Selatan sampai ke Long Iram.

Setia Budi, peneliti Bakumpai asal Unlam Banjarmasin (dalam Harian Kompas, 9 Juli 2005) mengungkapkan bahwa Antara Tjilik Riwut dan Maulani terdapat perbedaan dalam menguraikan silsilah Dayak Bakumpai, namun kedunya memiliki kesamaan bahwa Dayak Bakumpai tinggal di tepi sungai, yakani sungai Barito. Hal ini kemudian dipertegas oleh Setia Budhi dalam tulisannya “Melacak Jejak Suku Bakumpai”, bahwa sebagian besar peneliti bersepakat bahwa Suku Bakumpai adalah bagian dari rumpun Dayak Ngaju. Nasrullah, seorang peneliti Bakumpai juga sering mendengar statement di kalangan masyarakat grass root, “ini datu itah te sama beh awen biaju kia” (Nenek moyang kita sama saja dari Biaju (Dayak) juga).

Senada dengan pendapat di atas, menurut Imam Qalyubi, seorang peneliti linguistik mengungkapkan bahwa entitas Bakumpai sebagai sub Dayak, dapat dirunut dari bahasa Bakumpai sendiri yang memiliki kedekatan dan kemiripan dengan bahasa Dayak Ngaju.

Terlepas dari beragam pendapat teori tersebut, para ahli tampaknya sepakat bahwa Bakumpai merupakan salah satu sub suku Dayak Ngaju yang berdiaspora di sepanjang sungai Barito (Marabahan sebagai episentrum penyebarannya), hingga ke Tumbang Samba (Katingan) hingga Long Iram (Kalimantan Timur) bahkan sampai ke Malaysia dan Brunei Darussalam. Berdasarkan pendapat dan fakta tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa suku Bakumpai secara geneologis (akar genetis) merupakan “hampahari ” alias “kula” dari seluruh suku dayak, yakni sub-suku Dayak Ngaju. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan berbagai pendapat tersebut baik secara historis maupun linguistik (kebahasaan) serta kultural.

Walaupun demikian, secara faktual dan empiris, eksistensi suku Bakumpai sesungguhnya berada pada posisi ’dilematis’. Di tengah komunitas ’saudaranya’ Dayak, -ke-Dayak-an Bakumpai diragukan, bahkan seringkali secara sosial dan budaya dinafikan dan dipinggirkan karena perbedaan kultur dan kepentingan.

Di sampaing itu juga, suku (Dayak) Bakumpai sendiri yang mayoritas (bahkan mungkin seluruhnya) muslim memiliki sistem religi dan kultur yang dekat kepada budaya Banjar (sebagai penyebar Islam awal di kalangan Bakumpai), sehingga bagi sebagian orang Bakumpai sendiri merasa ‘jauh’ dari budaya dan sistem religi saudaranya Dayak lainnya. Padahal dari aspek bahasa dan beberapa ritual mauoun sistem masih memiliki kesamaan dan kedekatan dengan budaya Dayak, seperti Badewa, Manyanggar Lebu, batatenga, dan lain-lain. Lihat kembali artikel tentang Silsilah Orang Bakumpai.

Menurut Ahmad Supriadi, ironisnya, Bakumpai sendiri bagi masyarakat Banjar, bukanlah “urang banjar” meski dalam banyak hal—baik teologi maupun kultur—memiliki banyak kesamaan. Berada pada posisi ”bukan-bukan” tersebut, tentu lebih sering dirugikan daripada menguntungkan.

Ahmad Supriadi juga menegaskan bahwa posisi dilematis Bakumpai ini merupakan salah satu ”Pe'eR” besar bagi Kerukunan Keluarga Bakumpai (KKB) dalam rangka mempertegas identitas dan eksistensi Bakumpai, agar harkat dan martabat ”uluh Bakumpai” sebagai penduduk asli Bumi Tambun Bungai tidak dipandang sebelah mata.

Ditulis dan Diedit Kembali Oleh Abdul Helim

Referensi

Makalah Ahmad Supriadi (Sekretaris Kerukunan Keluarga Bakumpai) yang berjudul Identitas Dayak Bakumpai

8 komentar:

  1. saya bru tau klau saya bekumpai sejak sma...tp bingung krn di ktp.tertulis banjar hanya bapak terus bilang klo sbnarnx bekumpai itu dayak tp lebih sering disebut banjar krn kita muslim.
    setidaknnya dengan adanya blog ini membantu sya melihat asal suku sya. jd ketika ad yg bertanya suku sya apa,sya bsa jawab dengan dengan jelas. memang dilema ketika ad yg tanya suku sya apa,dikatakan dayak bekumpai tp ktp suku banjar,hehehe lucu memang.
    sya tinggal di samarinda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebagian orang ada yang mengatakan bahwa Dayak Bakumpai adalah Dayak Melayu, karena orang Dyak Bakumpai adalah muslim, sehingga terkadang juga disebut orang Banjar, padahal Dayak Bakumpai adalah memang Dayak Bakumpai

      Hapus
  2. Saya masih penasaran dengan bahasanya...
    apakah bakumpai itu mengunakan bahasa banjar..?? apa mengunakan bahasa Dayak Ngaju...??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dayak Bakumpai punya bahasa sendiri. kalau ada persamaan, itu biasa saja, lagian sangat kecil. bahasa daerah yang lain pun, sebagian kecil juga ada yang sama

      Hapus
  3. kunjungi antik-dayak.blogspot.com untuk koleksi barang antik dayak

    BalasHapus
  4. Yg memisah kan bakumpai dgn ngaju itu dkarenkaan agama yg di anut,sehingga untuk memperjelasnya mereka sering mnyebut " uluh bakumpai" saja tanpa ada embel dayakx,dkarenakan pnyebutan dayak pada era belanda & ksultanan banjar konotasi DAJAK (eja belanda) merujuk pada pedalaman ASLI dan non MUSLIM. Istilah tersebut brlaku Dikarenakan pengaruh kesultanan Banjar,yg sebenarx suku banjar pun punya benang merah dengan org biaju (ngaju).
    berbeda dngan pahari ije tatu bakumpai(sepupu) uluh ngaju yg lekat dgn dayakx sedikit2 dmi sdkit kosa pnyebutan DAYAK didpan bakumpai tergerus oleh keyakinan yg sebenarx kita sadari bahwa AGAMA TIDAK MERUBAH SUKU DAN GENETIKA DNA DAN BAHASA IBU SESEORANG! Belanda dngan sgala kepentingannya lah yg " menyetir" kesultanan banjar supaya islam membentuk klan sendiri dan non islam klan sendiri,alasan belanda agar mudah dalam identifikasi kependudukan,padahal selama ini kita tahu belanda sngat terkenal dengan politik devide at ampera atau adu domba,sebenarnya perbedaan ini bisa saja dijadikan sebagai pemantik apinya dlm mnjalankan politik di KALSELTENG kala itu. Alhamdulillah smpai sekarang kita tdk smpai berselisih karena keyakinan. Karena agama tidak merubah SUKU seseorang. Ngaju dengan bakumpai te puna ije indu ije bapa,pahari ije kalambutan je manguan perbedaan bahasa te awi perbedaan DAS sungei tuntang pengaruh lingkungan ngaju ngawa eka pambelum,cntoh bakumpai marabahan (akulturasi dgn banjar), Bakumpai teweh dan Bakumpai area barsel & bartim (akulturasi dgn hulu sungai dan ma'anyan) Bakumpai sampit (akulturasi dgn melayu sampit,pesisir,ngaju) Bakumpai tumbang Samba REKAT IKATANnya dgn ngaju.
    Jadi bakumpai adalah RUMPUN NGAJU MAYORITAS MUSLIM YG IDENTITASNYA SEMPAT DIKABURKAN BELANDA lantaran agamanya.
    BAKUMPAI = DAYAK

    BalasHapus
  5. ini datu itah te sama beh awen biaju kia

    BalasHapus
  6. ini datu itah te sama beh awen biaju kia

    BalasHapus

Terima Kasih telah menyempatkan waktunya untuk membaca artikel dalam blog ini. Kami berharap sahabat dapat memberikan komentar. Namun mohon menggunakan bahasa yang etis dan bukan pula bersifat spammer. Terima kasih.